Teknologi Nano dalam Dunia Kesehatan Herbal
Dewasa ini teknologi nano kian berkibar dalam pemanfaatannya. Misalnya dalam bidang kesehatan atau kedokteran, sains, teknologi informasi dan komunikasi serta tidak luput juga dalam dunia pengobatan herbal. Obat herbal yang berkhasiat biasanya diproduksi dengan menggunakan teknologi modern dan salah satunya adalah teknologi nano.
Teknologi nano bisa diartikan sebagai metode rekayasa dalam pembuatan herbal atau manipulasi material atau bahan baku dalam struktur fungsi, atau peranti yang diukur dalam skala nanometer (pada skala atom, molekul, atau makromolekul). Satu nano sama dengan 109 (0,000000001) meter atau sepersatumiliar meter. Dengan istilah lain, satu nano meter adalah seperseribu micrometer atau sepersejuta millimeter. Dapat dibayangkan, partikel dalam ukuran nano berukuran sangat kecil.
Teknologi nano bukanlah sesuatu yang baru. Banyak negara di dunia yang telah mengenal teknologi nano sejak 1990-an, seperti Amerika Serikat dan Jepang. Jepang menggelontorkan dana hingga 1 miliar dollar AS untuk riset tersebut dan telah mengawalinya pada 1980-an.
Tetapi Amerika Serikat baru menggarap secara serius mengenai teknologi nano ini sekitar satu dekade lebih setelah Jepang. Di Indonesia teknologi nano baru populer sejak beberapa tahun yang lalu. Pemanfaatannya masih terbatas dan belum maksimal. Meskipun tergolong baru berkembang di Indonesia, namun teknologi nano kini telah merambah berbagai bidang, termasuk bidang produksi makanan dan minuman kesehatan yang berbasis herbal atau alami.
Saat ini mulai banyak beredar obat herbal yang mempunyai kandungan zat aktif berupa partikel nano. Karena ukurannya sangat kecil, kandungan dengan partikel nano ini dipercaya dapat lebih mudah terserap dan bekerja maksimal dalam seluruh organ sel tubuh manusia. Hasil pemakaian obat herbal dengan partikel nano pun lebih efektif dan cepat terlihat.
Meski tergolong aman, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) tetap melakukan pengawasan atau kontrol yang ketat dalam peredaran obat-obatan herbal yang menggunakan teknologi nano. Indonesia masih memerlukan riset yang mendalam dan berkesinambungan mengenai pemanfaatan teknologi nano dalam produksi obat-obatan herbal.
Kandungan yang memakai teknologi nano bisa diperoleh di sejumlah produk herbal. Di antaranya produk herbal untuk kanker, jantung, stroke, diabetes, alzheimer dan penyakit-penyakit lainnya. Salah satunya adalah K-Muricata, Amazon Berries dan Amazon Plus. Produk obat herbal yang menggunakan bahan baku daun sirsak dan umbi keladi tikus seperti K-Muricata ini menggunakan teknologi modern dalam pengolahannya.
Begitupun Amazon Berries yang diolah dari ekstrak buah acai berry, guarana, acerola, manggis dan black plum juga menggunakan teknologi modern. Jus Amazon Plus juga sama, yakni menggunakan teknologi modern dalam proses pengolahannya. Jus yang mengambil tagline promosinya dengan slogan Jus Zaitun pertama di dunia ini berasal dari ekstrak buah-buahan seperti zaitun hydroxytyrosol, delima merah, acai berry, blue berry, manggis dan tomat.
Teknologi nano dalam dunia produksi makanan dan minuman kesehatan yang berbahan baku herbal dipandang memberikan sebuah harapan baru akan terciptanya sebuah produk yang berkualitas tinggi. K-Muricata, Amazon Berries, Amazon Plus termasuk dalam salah satu kategori itu yakni menggunakan teknologi nano. Khasiat alami yang terkandung dalam ketiga produk tersebut dan disentuh dengan teknologi modern, mudah-mudahan akan memberikan hasil yang positif bagi konsumennya, dan itu sudah terbukti.
Banyak konsumen yang mengalami sakit penyakit seperti penyakit jantung, kanker, stroke, diabetes, alzheimer, dan penyakit-penyakit lainnya mengalami pemulihan yang luar biasa. Yang lebih mencengangkan lagi, penyakit HIV yang belum ada solusinya sampai hari ini, dengan izin Allah, si penderitanya sembuh setelah konsumsi ketiga obat herbal tersebut di atas. Ditulis ulang dari Sumber: (Kompas, Jumat, 10 Januari 2014)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar